Sajak bertajuk : Argh...Uh...Hish...Haa...Waaa...!

Argh...
Telapak kaki yang melekat di bumi Kuala Lumpur
Pada 9 Julai , seakan mambawa sekali isi lumpur di hujung kuala
Perit jerih dari utara , membolosi kepungan sang pembengis
Akhirnya sampai mendayung diri di lautan suasana satu suara

Uh...
Jalan merdeka di halang lagi..
Menjadi penghalang langkah anak-anak merdeka
Sang pembengis menghamburkan asap kasih sayang
Menyembur air busuk menyucuk-nyucuk jiwa yang punah
Terima kasih atas rawatan resdung yang percuma

Hish..
Wanita yang tidak berdaya
Terjelepok di hujung jalan
Dijerit di maki pembengis yang dayus
Kulihat teguh jitu wanita itu
Turun ke lapangan tanpa rasa gentar
Setelah berdaya menyimpuh sopan di tangga jalanan
Membaca Al-Quran dengan penuh yakin...

Haa....
Kami berjalan-jalan malaungkan amaran
Suara menjadi senjata yang digeruni
Pemerintah Zalim , penguasa nafsu
Menidakkan hak rakyat berperlembagaan
Mencetus suasana rusuhan di kalangan sang pembengis
yang menerima imbuhan buat anak dan isteri
hasil aksi bengis sesama insan

Waaa...!
Seluruh dunia serupa kami
Mereka di benua sana berbaju kuning bebas
Tapi disini di gambarkan kami pengganas
yang dipujuk dengan nasi RM25 kemana belanjanya
yang menjamah selalu muntah
sepinggan nasi untuk membayar nyawa
di peti kaca saluran penguasa
gambaran lucu silih tayangan
di kertas bacul edaran penguasa
gambaran pejuang di fitnah suka-suki!

Penulis Asal : Ibnu Rahman , ( Chow Kit  - Pudu - Bukit Nanas - Bukit Bintang - KLCC - Kg Baru - Chow Kit - Jalan Raja Laut -- 12.30pm - 6.00pm , 907)